CERPEN :
KETUKAN PINTU DAN
HATI
Kayleen
melangkah santai menelusuri deretan butik di mall. Ia sangat suka melihat
pakaian, sepatu, dan tas model terbaru. Dia menganggap bahwa barang yang ia
pakai harus mengikuti model terbaru agar tidak dikatakan ketinggalan zaman oleh
teman-temannya. Sebenarnya uang saku Kayleen bulan ini sudah habis untuk
membeli baju yang diinginkannya minggu beberapa hari lalu tetapi rasa hausnya akan
belanja mengantarkannya masuk-keluar butik.
“Sore, mbak.
Ini model terbaru butik kami, silahkan dilihat terlebih dahulu,” sapa
pramuniaga ramah.
Mata Kayleen
terbelalak melihat gaun biru yang terpasang di manekin butik tersebut. Kayleen
langsung menghampiri dan menyentuh gaun biru itu. Ia mengamati tiap inci gaun
itu sampai ke label harganya. Tanpa banyak bicara Kayleen hanya tersenyum dan
meninggalkan pramuniaga tersebut.
Melangkah
kembali menyusuri butik lain, Kayleen melihat kemeja dan mencobanya. Terlihat
begitu pas dan cantik di badannya. Senyum kecil terhias di bibir Kayleen saat
bercermin di depan kaca.
Satu jam
kemudian, Kayleen sampai di kamarnya. Dia menghempaskan dirinya ke tempat
tidur. Masih dengan pandangan tak percaya, diliriknya tas baju itu. Kayleen
mengingat beberapa hari yang lalu ia baru saja membeli kemeja juga. Tiba-tiba
hatinya berkata, “benar tidak ya aku
membeli kemeja itu?”
Lamunannya
terpecah karena ketukan pintu kamarnya. Ternyata Papa.
“Masuk, Pa,”
kata Kayleen.
“Kamu baru
pulang? Habis dari mana?” tanya Papa.
“Iya, Pa. Dari
mall tadi,” jawab Kayleen.
“Kamu habis
belanja lagi? Beli apa?” tanya Papa.
“Beli kemeja,
Pa, hehehe,” kata Kayleen.
“Kemeja lagi?
Kemarin kamu beli kemeja juga, kan? Masa dalam seminggu sudah beli kemeja 2
kali?” keluh Papa.
“Iya, Pa. Tapi
kemeja yang aku beli sekarang itu model terbaru, teman-teman aku sudah banyak
yang pakai,” jawab Kayleen.
“Jadi, kamu
beli sesuatu untuk mengikuti teman kamu? Mengikuti gaya teman-temanmu?” tanya
Papa.
“Tidak begitu
juga, Pa, tapi memang lagi hits
kemeja seperti itu, mereka saja punya, masa aku tidak,” jawab Kayleen.
Papa Kayleen
menggelengkan kepala saat mendengar jawaban buah hatinya tersebut.
“Kay, kamu
harus bisa mandiri, jangan pernah mengikuti jejak orang lain, kalau kamu
mengikuti model terbaru atau hits
seperti yang kamu bilang itu tidak akan pernah ada habisnya karena pasti selalu
ada lagi yang lebih terbaru. Teman kamu A, kamu ikut A. Teman kamu ke sana,
kamu ikut ke sana. Memangnya teman kamu tenggelam, kamu mau ikut tenggelam?”
tanya Papa sambil mengelus rambut buah hatinya.
Deg! Seperti
tersambar petir, yang dibicarakan Papa Kayleen sangat membekas di hati Kayleen.
Dalam hatinya pun, ia mengakui memang benar apa yang dikatakan Papa Kayleen
bahwa model terbaru tidak akan pernah ada habisnya dan mengikuti temannya hanya
akan membuat ia tidak mandiri.
“Hmm, iya sih,
Pa, benar juga model terbaru tidak ada habisnya lalu model lama tersimpan
begitu saja. Ya tidak, masa aku ikut tenggelam juga,” jawab Kayleen.
“Nah, makanya
kamu harus bisa mandiri dan tidak mengikuti siapapun. Jangan selalu melihat ke
atas ya, Kay, karena takut kamu tersandung. Coba kamu lihat ke bawah juga,
masih banyak yang lebih kekurangan dari kita supaya kita selalu bersyukur, Kay,”
ujar Papa.
Mendengar ucapan
Papanya, Kayleen menyesal karena selama ini ia selalu menghabiskan sebagian
besar uang saku untuk memenuhi hasrat belanjanya. Air mata jatuh di pipi Kayleen
merenungi ucapan Papanya.
“Pa, maafkan
Kay ya, Kay kurang bersyukur dengan yang kita punya, Kay selalu menghamburkan
uang untuk belanja ini itu, maafkan aku,” kata Kayleen. Tanpa terasa air
matanya semakin deras.
“Papa hanya
ingin kamu lebih hemat Kay, lebih menghargai uang, selalu melihat di sekitar
kita, Papa tidak melarang kamu membeli apa yang dibutuhkan tapi alangkah
baiknya kita berbagi dengan yang kekurangan,” kata Papa.
“Iya, Pa,
terima kasih ya sudah mengingatkan Kay,” ujar Kayleen sambil memeluk Papanya.
Papa Kayleen hanya tersenyum dan
berharap anak kesayangannya bisa lebih bijak menggunakan uang dan mengendalikan
kebiasaan belanjanya.
Kayleen menyadari
yang selama ini ia lakukan adalah salah. Kayleen berjanji akan menerapkan yang
dikatakan Papanya selama hidupnya. Seketika Kayleen mengeluarkan isi lemarinya,
memilih baju-baju yang masih layak pakai dan dimasukkan ke dalam dus. Ia menyumbangkan
bajunya ke panti asuhan terdekat.
Senyuman kecil
mengembang di bibirnya. “Pa, terima kasih buat ketukan pintu dan hatinya,” ucapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar