Bobblehead Bunny




Minggu, 13 Oktober 2013

TUGAS 2 - BAHASA INDONESIA - CERPEN


CERPEN                                :
KETUKAN PINTU DAN HATI

Kayleen melangkah santai menelusuri deretan butik di mall. Ia sangat suka melihat pakaian, sepatu, dan tas model terbaru. Dia menganggap bahwa barang yang ia pakai harus mengikuti model terbaru agar tidak dikatakan ketinggalan zaman oleh teman-temannya. Sebenarnya uang saku Kayleen bulan ini sudah habis untuk membeli baju yang diinginkannya minggu beberapa hari lalu tetapi rasa hausnya akan belanja mengantarkannya masuk-keluar butik.
“Sore, mbak. Ini model terbaru butik kami, silahkan dilihat terlebih dahulu,” sapa pramuniaga ramah.
Mata Kayleen terbelalak melihat gaun biru yang terpasang di manekin butik tersebut. Kayleen langsung menghampiri dan menyentuh gaun biru itu. Ia mengamati tiap inci gaun itu sampai ke label harganya. Tanpa banyak bicara Kayleen hanya tersenyum dan meninggalkan pramuniaga tersebut.
Melangkah kembali menyusuri butik lain, Kayleen melihat kemeja dan mencobanya. Terlihat begitu pas dan cantik di badannya. Senyum kecil terhias di bibir Kayleen saat bercermin di depan kaca.
Satu jam kemudian, Kayleen sampai di kamarnya. Dia menghempaskan dirinya ke tempat tidur. Masih dengan pandangan tak percaya, diliriknya tas baju itu. Kayleen mengingat beberapa hari yang lalu ia baru saja membeli kemeja juga. Tiba-tiba hatinya berkata, “benar tidak ya aku membeli kemeja itu?”
Lamunannya terpecah karena ketukan pintu kamarnya. Ternyata Papa.
“Masuk, Pa,” kata Kayleen.
“Kamu baru pulang? Habis dari mana?” tanya Papa.
“Iya, Pa. Dari mall tadi,” jawab Kayleen.
“Kamu habis belanja lagi? Beli apa?” tanya Papa.
“Beli kemeja, Pa, hehehe,” kata Kayleen.
“Kemeja lagi? Kemarin kamu beli kemeja juga, kan? Masa dalam seminggu sudah beli kemeja 2 kali?” keluh Papa.
“Iya, Pa. Tapi kemeja yang aku beli sekarang itu model terbaru, teman-teman aku sudah banyak yang pakai,” jawab Kayleen.
“Jadi, kamu beli sesuatu untuk mengikuti teman kamu? Mengikuti gaya teman-temanmu?” tanya Papa.
“Tidak begitu juga, Pa, tapi memang lagi hits kemeja seperti itu, mereka saja punya, masa aku tidak,” jawab Kayleen.
Papa Kayleen menggelengkan kepala saat mendengar jawaban buah hatinya tersebut.
“Kay, kamu harus bisa mandiri, jangan pernah mengikuti jejak orang lain, kalau kamu mengikuti model terbaru atau hits seperti yang kamu bilang itu tidak akan pernah ada habisnya karena pasti selalu ada lagi yang lebih terbaru. Teman kamu A, kamu ikut A. Teman kamu ke sana, kamu ikut ke sana. Memangnya teman kamu tenggelam, kamu mau ikut tenggelam?” tanya Papa sambil mengelus rambut buah hatinya.
Deg! Seperti tersambar petir, yang dibicarakan Papa Kayleen sangat membekas di hati Kayleen. Dalam hatinya pun, ia mengakui memang benar apa yang dikatakan Papa Kayleen bahwa model terbaru tidak akan pernah ada habisnya dan mengikuti temannya hanya akan membuat ia tidak mandiri.
“Hmm, iya sih, Pa, benar juga model terbaru tidak ada habisnya lalu model lama tersimpan begitu saja. Ya tidak, masa aku ikut tenggelam juga,” jawab Kayleen.
“Nah, makanya kamu harus bisa mandiri dan tidak mengikuti siapapun. Jangan selalu melihat ke atas ya, Kay, karena takut kamu tersandung. Coba kamu lihat ke bawah juga, masih banyak yang lebih kekurangan dari kita supaya kita selalu bersyukur, Kay,” ujar Papa.
Mendengar ucapan Papanya, Kayleen menyesal karena selama ini ia selalu menghabiskan sebagian besar uang saku untuk memenuhi hasrat belanjanya. Air mata jatuh di pipi Kayleen merenungi ucapan Papanya.
“Pa, maafkan Kay ya, Kay kurang bersyukur dengan yang kita punya, Kay selalu menghamburkan uang untuk belanja ini itu, maafkan aku,” kata Kayleen. Tanpa terasa air matanya semakin deras.
“Papa hanya ingin kamu lebih hemat Kay, lebih menghargai uang, selalu melihat di sekitar kita, Papa tidak melarang kamu membeli apa yang dibutuhkan tapi alangkah baiknya kita berbagi dengan yang kekurangan,” kata Papa.
“Iya, Pa, terima kasih ya sudah mengingatkan Kay,” ujar Kayleen sambil memeluk Papanya.
Papa Kayleen hanya tersenyum dan berharap anak kesayangannya bisa lebih bijak menggunakan uang dan mengendalikan kebiasaan belanjanya.
Kayleen menyadari yang selama ini ia lakukan adalah salah. Kayleen berjanji akan menerapkan yang dikatakan Papanya selama hidupnya. Seketika Kayleen mengeluarkan isi lemarinya, memilih baju-baju yang masih layak pakai dan dimasukkan ke dalam dus. Ia menyumbangkan bajunya ke panti asuhan terdekat.
Senyuman kecil mengembang di bibirnya. “Pa, terima kasih buat ketukan pintu dan hatinya,” ucapnya.